INDICATORS ON SALON DI KOTA POIPET YOU SHOULD KNOW

Indicators on salon di kota poipet You Should Know

Indicators on salon di kota poipet You Should Know

Blog Article

Saya jalan-jalan sedikit di sekitaran resort, sambil terus mengucek mata, dan menemukan sebuah tempat makan yang terlihat ramai dengan penduduk lokal. Karena saya tidak bisa berbahasa Khmer sama sekali, saya memesan makanan dengan cara menunjuk.

Bagi yang ketahuan berjudi akan dikenai denda besar, atau bahkan hukuman penjara bila terbukti jadi bandar. Makanya warga Thailand yang lumayan berduit memilih menyeberang ke Kamboja, negara yang melegalkanperjudian. Judi memberi pemasukan devisa mencapai US$two milliar pada 2015—hanya sedikit lebih kecil dari Produk Domestik Bruto Kamboja satu dekade sebelumnya.

Ini adalah titik persimpangan utama antara kedua negara, dan juga sangat populer sebagai tujuan perjudian karena populer, tetapi sebagian besar ilegal di Thailand.

Pertama kalinya seseorang berbicara ke saya adalah ketika sekelompok lima petugas keamanan berbadan besar mengelilingi saya setelah saya berusaha mengambil beberapa foto. “Kamu harus ikut kami sekarang!” teriak salah seorang lelaki tersebut. “Kamu mengambil terlalu banyak foto! Kamu tidak boleh mengambil foto di dalam!”

Mereka membujuk turis non-Asia Tenggara lugu untuk mengurus visa masuk ke negara tersebut. Saya hampir saja memberikan 1.000 Baht (setara Rp412.000) kepada seorang lelaki yang mengaku bisa membantu saya mendapat visa. Tapi kemudian, saya berpikir dua kali dan berjalan masuk ke kantor imigrasi sendiri. Rupanya tak perlu bayar semahal itu. Ada banyak cara lain kalau kalian cuma ingin menghambur-hamburkan uang di Poipet. Videos by VICE

Awalnya, petugas keamanan meminta ponsel saya, namun setelah saya menolak memberikan, mereka masuk ke album foto dan menghapus imej yang dianggap “terlalu sensitif.”

Di luar hotel, saya menyadari bahwa para pejudi terlihat sama murungnya dengan orang lain di jalanan. Poipet mengisap semua kegirangan dari kegiatan berjudi. Barangkali seperti inilah suasana perjudian saat kiamat sudah menerjang bumi. Tidak ada lagi kesenangan. Yang ada hanya suasana murung, suram, dan menyedihkan.

Umumnya para wisatawan (Barat maupun Asia) yang pertama datang ke Poipet segera memiliki kesan buruk ketika mereka hendak memasuki kota ini. Hal ini diakibatkan oleh pelayanan petugas dan gedung imigrasi yang sangat jauh dari tipe gedung imigrasi negara barat atau Asia lainnya. Kebersihan koridor, kualitas ruangan seadanya, intinya tidak terlihat seperti “pintu gerbang” masuk sebuah negara.

Petugas keamanan menyita kamera Canon DSLR saya di gerbang masuk, tapi saya nekat mengambil foto lain pakai ponsel. Nampaknya pihak manajemen kasino tidak menyukai tindakan ini.

Saya mencari-cari lodge atau hostel untuk menginap malam itu, tapi tidak lama kemudian menyadari Poipet sama sekali tidak memiliki tempat penginapan. Kebanyakan orang hanya melewati separuh malam di kota ini dalam perjalanan ke Siem experience atau bar backpacker di Ibu Kota Phnom Penh.

Seorang lelaki lain lantas mendatangi ke meja saya penuh percaya diri dan melontarkan pertanyaan dalam bahasa Khmer, yang tentunya tidak saya mengerti. Saya menatapnya dan mengatakan “Saya tidak bisa berbicara bahasa Kamboja.

Saya memilih babi rebus dengan kubis dan beberapa sayuran lain yang tidak saya kenali. Makanannya disajikan dengan porsi nasi yang luar biasa banyak, ditemani oleh saus ikan dan potongan cabai.

Ada deretan kasino dan resort di antara konter kontrol paspor Kamboja dan Thailand, memungkinkan orang Thailand dan orang asing lainnya untuk berjudi di Kamboja tanpa harus melalui imigrasi Kamboja.

Pengalaman saya berlibur ke Kamboja dimulai sedikit tidak menyenangkan. Saya sedang berada di holiday getaway Palace, kasino berpintu kaca yang menjulang di tengah Poipet—kota kumuh perbatasan Kamboja dan Thailand. Mata saya perih akibat debu merah yang menyelimuti kota, ditambah asap rokok memenuhi lobi resort. Saya tiba di Poipet beberapa jam sebelumnya, sesudah sukses menghindari aksi penipuan para calo perbatasan yang memenuhi jalur darat pintu imigrasi Thailand.

Jalanan di luar kasino penuh anak-anak pengemis dan pemulung menarik gerobak kayu berisikan sampah dan materi daur ulang. Keluar dari jalan utama, kamu akan menemukan jalan tanah penuh debu, dikelilingi tenda terpal di tengah puing-puing aspal setengah jadi. Pemandangan ini tentu saja mencengangkan, mirip gambaran kota-kota kecil dalam movie pasca-kiamat Mad Max.

Setelah keliling-keliling, bisa disimpulkan bila Poipet merupakan salah satu kota teraneh yang read more pernah saya lihat. Kota ini pusat perjudian kumuh yang terletak di tengah salah satu negara termiskin di Asia Tenggara.

Malam itu, setelah sedikit minum-minum, saya memutuskan datang kembali ke space kasino. Saya memilih kasino terbesar yang saya bisa temukan di pusat kota, yaitu Grand Diamond City resort and Casino. Kasino ini berupa gedung raksasa yang terlihat seperti pesawat luar angkasa diselimuti ribuan lampu emas. Mesin-mesin slot berjejer di kedua sisi tembok. Lelaki-lelaki tua tanpa ekspresi berdiri di hadapan mereka, tidak menunjukkan banyak emosi selagi mesin di hadapannya mengeluarkan efek audio yang konyol dan musik yang norak.

Pada tahun 2012 berhektar-hektar tanah berupa rawa dan belukar tandus berubah menjadi komplek-komplek perkantoran dan apartemen pada tahun 2015. Kegiatan lintas batas Thailand-Kamboja ini telah membuat kota Poipet semakin tumbuh cepat.

Taksi saya tiba. Saya menjatuhkan rokok ke gundukan debu merah, masuk ke dalam mobil, lalu menyaksikan deretan kasino dan gubuk timah berlalu. Tak ada kasino lagi setelah mobil saya melaju ke dalam jantung wilayah Kamboja—menuju kota yang lebih baik dan ramah pada turis.

Report this page